Sunday, 26 November 2017
DIA TAK BISA DIMENGERTI
Hai. Namaku Gia Issabel. Panggil aku Gia. Aku hanya gadis berusia 13 tahun biasa yang kehidupanku juga biasa. Mungkin kalau teman-teman seumuranku, mereka sudah mulai suka-sukaan. Tapi aku nggak terlalu tertarik dengan hal itu. Karena menurutku hal itu membosankan. Bagaimana tidak, karena di sekolahku semua takut padaku. Entah mungkin karena aku terlalu pendiam, atau mungkin auraku yang berkata ‘hush, hush!’.
Oh, iya. Aku bersekolah di tingkat SMP kelas 2. Kalau di sekolahku disebut kelas 8. Kelasku ada di paling pojok dekat toilet (haha), 8.3. Seperti yang aku bilang, teman-teman di sini tak ada yang berani berkomunikasi padaku. Dan ada satu anak yang mengganggu ketenanganku di kelas ini. Yaitu si playboy nomor satu di sekolah, Marcello Reinaldy, biasa dipanggil Rei. Dia keturunan orang Italia, wajahnya yang tirus, cakep, dan badannya yang tinggi, olahraganya bagus, serta otaknya yang seperti ‘mbah google’ membuat banyak cewek-cewek jatuh hati padanya. Walaupun begitu, aku tidak tertarik dengannya. Kenapa? Soalnya dia itu suka main-main perasaan cewek! Nyebelin deh!
Dia Yang Tak Bisa di Mengerti
Hari Kamis, 14 Februari 2013. Valentine day. Hari yang paling membosankan. Pelajaran seperti biasa dan dimana-mana cewek-cewek kasih coklat ke para cowok. Tapi pemandangan di kelas tidak luput dari pemberian coklat untuk si playboy cap kapak itu. Bukan main, hampir semua cewek kasih coklat ke dia. Semuanya kecuali aku. Hal yang wajar ‘kan? Aku tidak mau bahkan mungkin tidak akan pernah suka dengannya! Tapi hari ini adalah hari teraneh sepanjang yang sudah kujalani. Kenapa? Rei datang padaku dan mengajakku berbicara. Tentu saja awalnya aku menolak, tapi dia memaksa.
“Hei! Lu nggak ngasih coklat nih?” katanya sambil nyengir. “Hmm, mungkin harus gue masukin kecoa dulu baru gue kasih ke lu.” Dengan jutek aku membalasnya. Aku tidak suka basa-basi dengannya. “Jutek amet sih. Gue cuma mau nanya, lu udah bawa sketsa kelompok kita kan? Yang kita kerjain kemariin!” HAH?! DUH! Aku lupa!! “Ehh… Duh ketinggalan nih.. sori ya..” perasaanku jadi kurang enak. “HAH! Waduh! Hmm, yaudah deh. Mau diapain lagi.. Rumah lu deket sini? Kalau deket kan bisa diambil.” Katanya.
Untung rumahku dekat, jadi aku dan dia jalan kaki ke rumahku untuk mengambilnya. Yang pasti minta izin sekolah dulu untuk keluar. Tapi bencana datang waktu aku dan Rei menyebrang jalan. Aku hampir tertabrak, dan Rei melindungiku, akhirnya yang terluka parah adalah Rei. Aku panik, langsung saja aku berteriak minta tolong. Setelah itu Rei dibawa ke rumah sakit.
“Ini mungkin akan sulit untuk dibicarakan… Kaki kanan anak ini.. lumpuh permanen dikarenakan kecelakaan ini” Aku shock, tapi untung Rei masih belum siuman. Aku tak tahu bagaimana ekspresinya waktu tahu kaki kanannya lumpuh permanen hanya karena melindungiku. Aku jadi merasa sangat bersalah. Dan ketika orangtuanya datang aku kira aku bakal dimarahi. Tapi mereka malah berterimakasih karena sudah menolong Rei. Aku jadi tambah merasa bersalah. Dan waktu Rei siuman, aku bilang pada Rei bahwa kaki kanannya lumpuh permanen. Dan jawabnya, “Ohh.. Tapi lu nggak apa-apa ‘kan?”. Kenapa dia sama sekali tidak marah? Ini untung sih, tapi aku jadi merasa sangat bersalah.
Beberapa hari setelah kejadian itu, teman-teman sekelas yang awalnya takut denganku malah marah dan mengucilkanku. Yah, aku memang pantas menerima hal ini, karena Rei jadi terluka karena melindungiku. Banyak yang menjelek-jelekanku di belakangku. Tapi, setelah Rei masuk ke sekolah lagi, dia terus membelaku. Aku bingung, padahal aku yang menyebabkan dia jadi begitu kenapa dia membelaku. Dan datang juga hari terparah dalam penindasan terhadapku. Aku disiram coca-cola di jam istirahat. Aku hanya bisa diam menerima tindakan ini. Ketika Rei tahu, dia langsung menolongku dan membelaku habis-habisan. Aku mulai menangis kesal dan berlari keluar kelas.
Rei mencoba mengerjarku dengan kaki pincang sampai akhirnya dia jatuh. Aku kaget dan langsung menolongnya berdiri. “Kenapa sih! Kenapa lu selalu belain gue?! Padahal lu jadi sekarang ini karena gue. Gue ini sama aja kayak penjahat!!” aku menangis tersedu-sedu karena rasa kesal yang tak tertahankan dan rasa penyesalan yang sudah sampai pada batasnya. Dia langsung membalas perkataanku dengan kata-kata yang membuatku kaget. “Itu semua karena gue peduli sama lu! Gue sayang sama lu! Masa lu nggak ngerti-ngerti sih!?” katanya sambil memegang erat tanganku.
“Hahh?? Lu jangan bercanda, deh!” aku langsung mundur dan melepaskan genggamannya. Aku tak sadar bahwa belakangku adalah tangga turun. Aku terpeleset dan spontan berteriak saking kagetnya. Rei spontan menarikku agar tak jatuh, tapi dia malah terpeleset juga karena kondisi kakinya. “Auw…!” katanya waktu kita jatuh. Guru-guru langsung menolong kita. Rei dibawa ke UKS, sepertinya aku melakukannya lagi… Aku tak bisa membayangkan bagaimana kelakuan teman-teman sekelas nanti padaku.
Ketika di UKS, Rei disuruh tidur dulu. Untungnya dia hanya luka ringan. Beberapa saat setelahnya teman-teman yang dekat dengan Rei dan cewek-cewek yang selalu menindasku masuk. Aku jelas takut, aku berpikir kalau aku pasti akan dihabisi oleh mereka. Tapi, betapa terkejutnya aku, mereka tidak marah tapi malah minta maaf atas perbuatan mereka padaku. “Maafin kita ya. Kita akhirnya sadar, apa yang kita lakuin ke lu itu salah… Dan sekarang Rei malah jadi begini.” aku bingung, “Kok? Kalian..?” lalu, “Tadi waktu lu keluar Rei marahin kita dan akhirnya kita sadar.”
Aku menoleh ke arah Rei, dan pas itu dia bangun. Aku sontak menangis di depannya. “Hei, lu kenapa??” tanyanya. Aku langsung mengusap air mataku dan tersenyum padanya. “Makasih banget…” kataku sambil memegang tangannya. Dia pun membalasku dengan senyuman. Senyuman yang lembut, beda dengan senyumnya yang biasa. Senyum yang mungkin sudah melelehkan hatiku yang beku ini. Dan akhirnya aku sadar, “Gue juga sayang sama lu…”berdiri. “Kenapa sih! Kenapa lu selalu belain gue?! Padahal lu jadi sekarang ini karena gue. Gue ini sama aja kayak penjahat!!” aku menangis tersedu-sedu karena rasa kesal yang tak tertahankan dan rasa penyesalan yang sudah sampai pada batasnya. Dia langsung membalas perkataanku dengan kata-kata yang membuatku kaget. “Itu semua karena gue peduli sama lu! Gue sayang sama lu! Masa lu nggak ngerti-ngerti sih!?” katanya sambil memegang erat tanganku.
“Hahh?? Lu jangan bercanda, deh!” aku langsung mundur dan melepaskan genggamannya. Aku tak sadar bahwa belakangku adalah tangga turun. Aku terpeleset dan spontan berteriak saking kagetnya. Rei spontan menarikku agar tak jatuh, tapi dia malah terpeleset juga karena kondisi kakinya. “Auw…!” katanya waktu kita jatuh. Guru-guru langsung menolong kita. Rei dibawa ke UKS, sepertinya aku melakukannya lagi… Aku tak bisa membayangkan bagaimana kelakuan teman-teman sekelas nanti padaku.
Ketika di UKS, Rei disuruh tidur dulu. Untungnya dia hanya luka ringan. Beberapa saat setelahnya teman-teman yang dekat dengan Rei dan cewek-cewek yang selalu menindasku masuk. Aku jelas takut, aku berpikir kalau aku pasti akan dihabisi oleh mereka. Tapi, betapa terkejutnya aku, mereka tidak marah tapi malah minta maaf atas perbuatan mereka padaku. “Maafin kita ya. Kita akhirnya sadar, apa yang kita lakuin ke lu itu salah… Dan sekarang Rei malah jadi begini.” aku bingung, “Kok? Kalian..?” lalu, “Tadi waktu lu keluar Rei marahin kita dan akhirnya kita sadar.”
Aku menoleh ke arah Rei, dan pas itu dia bangun. Aku sontak menangis di depannya. “Hei, lu kenapa??” tanyanya. Aku langsung mengusap air mataku dan tersenyum padanya. “Makasih banget…” kataku sambil memegang tangannya. Dia pun membalasku dengan senyuman. Senyuman yang lembut, beda dengan senyumnya yang biasa. Senyum yang mungkin sudah melelehkan hatiku yang beku ini. Dan akhirnya aku sadar, “Gue juga sayang sama lu…”
Trimakash sobat buat kunjungan nya.. Ikut i trus blog saya ya :) smoga bermanfaat
No comments:
Post a Comment
kritik dan saran nya ,, saya tunggu ya :)